Ekonomi Bisnis

Menilik Alasan dalam Balik Trump Terapkan Tarif Impor 32% ke Indonesia

JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump punya banyak alasan mendasar untuk mengeluarkan kebijakan tariff reciprocal atau tarif timbal balik bagi hampir semua negara mitra dagang. Tarif impor baru yang dimaksud diterapkan Negeri Paman Sam berkisar antara 10%, 39% hingga 50%.

Indonesia menjadi salah satu negara yang mana diberikan tariff reciprocal sebesar 32%. Sementara China 34%, EU 20%, Vietnam 46%, India 26%, Negeri Sakura 24%, Thailand 36%, Malaya 24%, Filipina 17%, kemudian Singapura 10%.

Lantas, apa alasan utama Trump menetapkan kebijakan yang digunakan dinilai sejumlah pihak sebagai langkah proteksionisme terhadap arus perdagangan global?

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M. Fadhil Hasan mengatakan, sejak Trump mengungguli pemilihan Presiden Amerika Serikat pada November 2024, beliau berambisi merealisasikan tagline atau slogan kampanye berbentuk ‘Make America Great Again’ atau Mengembalikan Kembali Amerika Jadi Negara Besar.

Menurutnya, slogan ‘Make America Great Again’ didasarkan pada pandangan Trump persoalan kejayaan sektor ekonomi AS, yang dimaksud di situasi pada waktu ini justru pertumbuhannya mengalami stagnasi.

“Trump menghadirkan satu rencana yang dimaksud disebut sebagai bagaimana mengatasi kejayaan Amerika, ‘Make America Great Again’. Nah itu dilatarbelakangi oleh suatu, saya kira pandangan Trump ya, bahwa selama ini perekonomian Amerika itu, tidaklah bertambah dengan baik,” ujar Fadhil pada waktu diskusi Indef, hari terakhir pekan (4/4/2025).

Perkara lain yang mana menjadi pondasi ‘Make America Great Again’ adalah kondisi fiskal Negeri Paman Sam yang kurang baik, utang Negeri Paman Sam yang digunakan terus menggunung, kehilangan basis daya saing di dalam sektor industri, dan juga membukukan defisit neraca perdagangan. Persoalan-persoalan yang dimaksud merupakan imbas dari makro sektor ekonomi Amerika Serikat yang tersebut bukan stabil.

“Kemudian juga sejumlah menyebabkan beban, baik dari sisi fiskalnya ya, yang digunakan hutang semakin meningkat, kemudian juga kehilangan basis daya saing daripada industri-nya ya, kemudian juga apa namanya, mengalami neraca perdagangan yang mana defisit ya, kemudian seterusnya serta seterusnya,” paparnya.

Selain itu, potret birokrasi pemerintahan Amerika Serikat sebelumnyapun dipandang buruk atau tiada efisien. “Nah, kemudian juga pandangan Trump ini menyangkut terkait dengan government ya, birokrasi pemerintahan yang dimaksud sangat besar yang tersebut tak efisien gitu. Nah, oleh akibat itu rencana sektor ekonomi Trump itu untuk mewujudkan Make America Great Again itu setidaknya ada empat gitu ya,” beber dia.

Related Articles

Back to top button