Airlangga Temui Anwar Ibrahim Merespons Kebijakan Trump

JAKARTA – Menteri Koordinator Lingkup Perekonomian Airlangga Hartarto memilih untuk segera komunikasi dan juga mendatangi Malaya yang digunakan ketika ini bertindak selaku Keketuaan ASEAN 2025 pada merespons kebijakan Tarif Resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump . Airlangga bergerak cepat mendirikan komunikasi dengan negara-negara ASEAN yang tersebut sama-sama terkena tarif resiprokal sebagaimana diberitahukan Trump pada 2 April 2025.
Hari pertama kunjungan ke Kuala Lumpur pada Kamis (3/4/2025), Airlangga mengadakan pertemuan dengan Datuk Seri Dr. Ahmad Zahid Hamidi, Deputy Prime Minister of Malaya I, dalam kediaman resmi DPM I mengeksplorasi perkembangan terbaru kebijakan tarif resiprokal AS. Pada hari kedua, hari terakhir pekan (4/4/2025), Airlangga diterima segera oleh PM Malaya Datuk Seri Anwar Ibrahim di area kantornya di area Putrajaya.
Anwar Ibrahim menjelaskan bahwa konferensi yang dimaksud untuk mendiskusikan perkembangan dari berbagai kerja serupa kegiatan ekonomi Malaya dengan Indonesia. “Prioritas juga diberikan untuk menguatkan kemudian memperbarui sinergi ekonomi, yang dimaksud mencerminkan komitmen kerja sebanding yang dimaksud kuat antara Indonesia kemudian Tanah Melayu ke tingkat yang tersebut lebih tinggi baik di dalam masa mendatang,” tuturnya.
“Kami memanfaatkan sepenuhnya persahabatan erat kedua negara, teristimewa pada menguatkan lebih besar banyak lagi kegiatan ekonomi kemudian perdagangan, yang melibatkan para Pengusaha Indonesia juga Malaya di tempat berbagai sektor terkait,” sambung PM Anwar Ibrahim.
Sementara itu, Airlangga mengungkapkan bahwa Malaya selaku Keketuaan ASEAN 2025 menjadi sangat penting untuk mengupayakan penguatan kerja identik seluruh negara ASEAN pada menghadapi berbagai tantangan global. “Termasuk respons melawan kebijakan tarif resiprokal AS,” kata Airlangga.
Sejalan dengan Airlangga, PM Anwar juga mengungkapkan bahwa sebagai Ketua ASEAN tahun ini, Tanah Melayu membutuhkan kerja sejenis dari semua negara tetangga termasuk Indonesia, untuk meningkatkan kapasitas Malaya sebagai tujuan investasi, pariwisata, serta perdagangan di area kawasan. Pada pertemuan itu, PM Anwar Ibrahim didampingi oleh Menteri Investasi, Perdagangan serta Industri (MITI) Tengku Datuk Seri Zafrul Abdul Azis.
Setelah konferensi dengan PM Anwar, Airlangga secara langsung menindaklanjuti untuk konferensi khusus dengan MITI Tengku Zafrul. Pada rapat tersebut, Tengku Zafrul menyatakan bahwa konferensi dengan Airlangga juga mengeksplorasi strategi untuk penguatan kegiatan ekonomi regional ASEAN. “Dalam lingkungan global yang dimaksud penuh ketidakpastian, Persatuan ASEAN bukanlah lagi pilihan, tetapi menjadi suatu keharusan. Mari kita perkuat perekonomian regional untuk kesejahteraan bersama”.
Pada kesempatan itu, Airlangga menegaskan bahwa kedudukan ASEAN dalam Indo Pasifik sangat penting. “Bisa menjadi satu kekuatan yang tersebut sangat besar, untuk menggalakkan penguatan perekonomian regional pada Kawasan ASEAN juga di area tingkat global,” ungkapnya.
MITI Tengku Zafrul serta Menko Airlangga setuju pada ketika dunia usaha global sedang bergejolak, maka ucapan ASEAN perlu lebih besar lantang. Diketahui, Indonesia dan juga Tanah Melayu akan memanfaatkan Perjanjian Kerangka Kerja Perdagangan dan juga Pengembangan Usaha (Trade and Investment Framework Agreement/ TIFA) untuk mencari keuntungan dari perdagangan timbal balik juga mengupayakan berbagai perjanjian kerjasama dengan AS.
“Perlu dijalankan sinkronisasi antar negara-negara ASEAN, sebab dari 10 negara ASEAN, semua terkena dampak kebijakan tarif resiprokal AS, sehingga perlu secara kolektif merancang komunikasi juga engagement dengan otoritas AS,” kata Airlangga.
Keduanya mengakui bahwa kebijakan tarif Presiden Trump menyebabkan tantangan yang digunakan besar terhadap dinamika perdagangan global. Dengan tetap saja menghormati kebijakan tersebut, Indonesia dan juga Negara Malaysia percaya pada hubungan yang mana konstruktif kemudian saling menguntungkan.
Mereka berikrar untuk menjaga kepentingan kegiatan ekonomi dengan masih menjaga hubungan perdagangan yang digunakan kuat dengan AS.